Plastik sudah menjadi musuh utama lingkungan sejak awal penemuannya, dan perang antara lingkungan kita dengan keserakahan kita untuk menggunakan plastik sudah tidak seimbang lagi. Dapatkah kalian bayangkan, bahan yang beracun dan tidak bisa diurai, diproduksi secara masal, dan digunakan dalam pasar dagang di Bali secara luas adalah penyebab masalah kesehatan dan kerusakan lingkungan nomor satu di “Pulau Dewata”.
Kita menghasilkan setidaknya 240 ton sampah padat setiap harinya. SETIAP HARI! Dan itu semua bisa saja kita buang sembarangan ke sungai, laut, danau, persawahan, kebun, bahkan jalan raya, yang mengakibatkan kerusakan lingkungan yang mengancam pulau yang indah ini. Selain itu, kegiatan pembakaran sampah di tempat umum menjadi faktor utama terjadinya polusi udara di Bali.
Tetapi masalah di atas bukan hanya diakibatkan oleh plastik saja. Tentu saja, masalah ini lebih banyak muncul karena tabiat dan kebiasan kita yang tidak dapat menggunakan plastik dengan bijak, terutama dalam hal pembuangan sampahnya. Tempat pembuangan akhir yang ada di Bali selatan saat ini sudah bertumpuk dan membentuk bukit sampah yang tinggi, dan dengan terus bertambahnya jumlah penduduk (tidak terkecuali jumlah wisatawan yang datang setiap tahunnya), menjadikan kita harus berusaha ekstra keras untuk menanggulangi permasalahan sampah plastik tersebut.
Aksi bersih pantai dan sungai; kampanye untuk mengurangi penggunaan plastik di pasaran; diet kantong plastik; dan masih banyak lagi usaha secara pribadi sangatlah penting untuk kita dapat ambil andil dalam pengurangan jumlah sampah plastik yang dibuang secara sembarangan dan wilayah polusinya. Tapi, sebagian besar orang Bali, atauapun Indonesia pada umumnya sangatlah membutuhkan usaha yang inklusif, interaktif, dan mampu memberikan nilai lebih pada usaha yang sudah mereka lakukan terhadap sampah.
Pentingnya memberikan nilai ekonomis dan merubah wajah buruk rupa plastik menjadi lebih cantik diperkenalkan dengan baik oleh kedua pionir yang berasal dari Bali dan Perancis ini, dengan cara merayakan sampah plastik! TrashStock “Musik-Artistik-Plastik” adalah sebuah festival yang memadukan berbagai macam aspek seni dan kreativitas dari usaha pendaur ulangan dan peningkatan nilai pada sampah, khususnya sampah plastik, sehingga dapat diwujudkan dalam berbagai rupa. Dengan mengeksploitasi berbagai bentuk kesenian, festival ini bertujuan untuk memperkaya dan memberikan pengetahuan masyarakat Bali terhadap bagaimana cara mencari dan menemukan nilai tambah dari sampah plastik.
TrashStock 2016 akan mengakomodir berbagai macam jenis kesenian yang dipersembahkan oleh seniman-seniman ternama dari Bali, Jawa Barat, Jepang, hingga Perancis. Melalui pameran ini pun, diharapkan kegiatan ini dapat memancing sisi kreativitas kaum muda-mudi Bali agar dapat berkontribusi menjawab permasalahan tersebut secara kreatif. Lebih jauh lagi, menambahkan keuntungan ekonomi dari sesuatu yang disebut sebagai sampah, sangatlah diperlukan untuk diinvestasikan kepada kaum muda penerus bangsa saat ini.
Acara ini juga dibuka secara umum untuk memancing diskusi dan perbincangan solutif untuk isu sampah plastik di Bali, antara seniman, aktivis, pemerintahan, hingga masyarakat pada umumnya. Taman Baca Kesiman dipilih sebagai lokasi utama dalam pelaksanaan festival. TrashStock 2016 menciptakan kegiatan yang inklusif dan interaktif yang mampu memberikan pola pikir baru kepada masyarakat Bali terhadap bagaimana cara yang terbaik untuk menghadapi krisis sampah plastik dan pencemaran lingkungan yang terjadi akibat hal tersebut. Kunjungi laman TrashStock 2016 untuk info lebih lanjut.
Tahun ini, Yayasan IDEP akan turut berpartisipasi sebagai kontributor dan penerima bantuan dana dari keuntungan acara TrashStock 2016. Sebagai salah satu perhatian yayasan dalam gerakan pelestarian lingkungan, dan juga merupakan bagian dari prinsip permakultur, penanggulangan sampah sangatlah penting. Ide untuk tidak hanya membuang, melainkan berpikir kreatif untuk menambahkan nilai dari sampah plastik sangatlah menarik. Untuk mendukung usaha yang interaktif dan kreatif ini, Yayasan IDEP akan berkontribusi dalam acara, yaitu dengan melakukan pemutaran film animasi edukatif “Serial Desa Mina” yang diproduksi oleh ACCU (Pusat Kebudayaan Asia Pasifik untuk UNESCO).
Keuntungan finansial dari acara ini akan sepenuhnya disumbangkan untuk kegiatan/ide yang lebih baik lagi untuk melindungi lingkungan Bali dari pencemaran sampah plastik. Setengahnya akan diberikan kepada sanggar yang dibuat oleh Budi Susila di Tabanan. Beliau memperkenalkan usaha yang kreatif dengan mendaur ulang secara kreatif gelas plastik menjadi buah karya berupa tas belanja, topi, dll.
Setengahnya lagi, keuntungan akan diberikan kepada program yang dibentuk oleh Yayasan IDEP dan Politeknik Negeri Bali, yaitu Program Penyelamatan Air Tanah Bali (BWP), yang bertujuan untuk melindungi air tanah Bali dari polusi intrusi air laut (yang dapat berakibat pada krisis air bersih kedepannya). Donasi yang diberikan akan digunakan untuk pembuatan dan pembagian komik edukatif dalam sub-program BWP “Adopsi Sungai”.
Cara yang kreatif dan inklusif untuk menanggulangi permasalahan sampah plastik sangatlah dibutuhkan, terutama ketika kita berbicara soal polusi sampah di wilayah air permukaan. Maka dari itu, Program Penyelamatan Air Tanah Bali sangatlah mendukung akan pentingnya penggunaan materi pendidikan multimedia dan menarik, seperti komik (yang dibuat oleh artis lokal), dan dibagikan kepada sekolah-sekolah yang berlokasi di dekat sungai. Tentu saja program ini ingin mengajak anak-anak untuk menjadi pelindung dan pahlawan bagi kelestarian lingkungan mereka sendiri, terutama agar air bebas dari sampah dan polusi.
Bergabung bersama kami disana https://www.facebook.com/events/1731547030454494/
Untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang TrashStock “Musik-Artisik-Plastik” 2016, akses laman mereka di sini. Atau hubungi Hendra Arimbawa (+62 82 33 959 7441 | email: Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.)
Berikan bantuan yang akan merubah hidup. 100% mendanai proyek amal.
|