info@idepfoundation.org

(+62) 361 9082983

"Konservasi Inklusif" adalah Hijau yang baru!

“Inclusive conservation” is the new Green!

Cantiknya ‘Sampiri’ atau Nuri Talaud (Eos histirio) juga merupakan endemic dilindungi yang terancam punah di Pulau Karakelang.

Lanskap global berubah sangat cepat dan kegiatan konservasi terus berevolusi untuk mengikuti. Para pembuat perubahan dalam bidang sains konservasi sekarang ini banyak berbicara soal “inklusi” – sebagai perangkat yang mengacu kepada sisi humanisme dalam upaya konservasi yang baru – untuk menghambat hilangnya ekosistem dan lanskap yang sangat cepat, dimana perlawanan yang sangat penting ini dapat menjadi upaya penyelamatan warisan budaya dan alam kita. Yayasan IDEP Selaras Alam sudah melaksanakan ‘konservasi inklusif’ dalam program-programnya sejak 1999.

Inclusive conservation” is the new Green!

Kelompok Pramuka Putra dan Putri Lombok Utara siap untuk melakukan penanaman pohon di wilayah penyangga Taman Nasional Gunung Rinjani.

Melindungi alam kita ini dengan “Membantu Sesama Untuk Membantu Diri Mereka Sendiri” – secara holistik IDEP telah membantu masyarakat lokal untuk dapat memenuhi kebutuhan mereka sendiri secara mandiri: pangan yang berkelanjutan, air bersih, rumah yang aman dan pendapatan yang terjamin, dengan tidak memberikan tekanan secara berlebihan kepada habitat dan sumber daya alam – ini merupakan upaya ‘konservasi inklusif’ dan masyarakat Indonesia yang tinggal di pulau-pulau terpencil sangat mendukung program-program yang berkelanjutan ini.

Kesempatan yang diberikan dalam konservasi inklusif memberikan pendapatan alternatif, sembari menjaga dan melestarikan ekosistem alam – dan permakultur serta usaha mikro yang diperkenalkan oleh IDEP telah memulai upaya yang baik ini di Sulawesi Utara hingga Lombok yang didukung oleh Critical Ecosystems Partnership Fund (CEPF), the Prince Bernhard Conservation Trust, Boeing, Give2Asia serta donor-donor dermawan lainnya.

“Porodisa (surga) telah berubah menjadi pulau yang beracun”

Di Karakelang, salah satu pulau dari Kepulauan Talaud, Utara dari Manado dalam kawasan Laut Sulawesi – merupakan zona eco Wallacea dan Segitiga Koral yang merupakan area pelindungan laut – sudah berpuluh tahun perkebunan kelapa menghasilkan komoditas untuk pasar domestik maupun diekspor ke luar pulau, namun penggunaan  insektisida/pestisida kimia yang disemprotkan dari udara dan juga disuntikan di pohon kelapa itu sendiri untuk melawan hama belalang Sexava, sudah menghancurkan ekosistem dalam pulau itu sendiri. [Sexava di pulau ini sudah mulai bermutasi dan beradaptasi semenjak penggunaan pestisida secara meluas, dan saat ini, Sexava tumbuh menjadi besar dari yang seharusnya (bahkan lebih besar dari Tarsius). Pada akhirnya pemangsa Sexava memilih untuk menghindar dari perkebunan kelapa yang sudah disuntikan dengan kimia, ditambah lagi dengan ukuran badan mereka yang membesar sehingga susah untuk ditangkap].

Porodisa (paradise) has turned into a toxic island

Belalang Sexava spp, ancaman utama pekebunan kelapa di Pulau Karakelang.

Masyarakat lokal memilih untuk tidak mengkonsumsi kelapa yang mereka produksi sendiri, dan ini sangat memberatkan mereka untuk memperoleh pangan alternatif secara lokal.

“Porodisa (surga) telah berubah menjadi pulau yang beracun, membunuh endemik dalam pulau itu sendiri, terutama maskot pulau ini, sampiri”, keluh koordinator dari mitra lokal IDEP di Talaud, KOMPAK (Kelompok Pecinta Alam Karakelang).

Porodisa (paradise) has turned into a toxic island

Penggunaan eksploitatif dari pestisida kimia menyebabkan kehancuran besar bagi perkebunan kelapa di dalam pulau.

Salah satu dari spesies nuri di Indonesia yang terancam punah, yang juga merupakan endemik Pulau Karakelang, Nuri Talaud, atau dalam bahasa lokal ‘sampiri. Sama dengan lorikeet, nuri ini juga merupakan korban dari penggunaan pestisida kimia yang meracuni habitat dan sumber makanannya, diperparah juga dengan tingginya tingkat perburuan burung secara illegal terhadap Nuri Talaud (karena eksotisme warnanya).

Yayasan IDEP bersama organisasi lokal KOMPAK bekerjasama mengajak tiga desa (Desa Bengel, Desa Rae Selatan, Desa Ambela), memperkenalkan metode pertanian yang berkelanjutan dan pendapatan yang produktif, untuk mendorong masyarakat juga melindungi lingkungan dengan menyediakan sumber daya, pendidikan, serta dukungan dalam pelatihan permakultur. Utamanya adalah dalam pembuatan kompos organik untuk kebun yang produktif serta memastikan bahwa praktik pengendalian hama yang terpadu terlaksana dengan baik.

Masyarakat lokal belajar permakultur agar dapat mengembangkan kebun mereka sebagai penghasil pangan yang sehat secara organik, mendapatkan penghasilan tambahan yang bebas dari kimia dan pestisida, sembari mengurangi kadar racun yang sudah menjangkit ekosistem Pulau Karekalang itu sendiri.

Porodisa (paradise) has turned into a toxic island

"Belajar tentang permakultur membantu saya untuk paham lebih jauh lagi tentang melestarikan alam disekitar saya. Jadi alam akan lebih baik dan memberikan lebih kepada kita sebagai balasanya." – Syane Bulanbae.

Harta yang berharga untuk masyarakat, “beruang panda” bagi pariwisata burung di Lombok

A community treasure, the “panda bear” of avitourism on Lombok

Gunung Rinjani, dilihat dari Kab. Lombok Utara.

Di lereng Gunung Rinjani – gunung berapi yang masih aktif di Pulau Lombok, sebelah Timur Pulau Bali, Elang Flores, hewan yang sedikit diketahui oleh masyarakat dan hampir punah, telah menjadi kekayaan masyarakat lokal, sebagai ‘panda’-nya (atau ikon) untuk pariwisata burung di Lombok. Setidaknya itu yang direncakan awalnya.

A community treasure, the “panda bear” of avitourism on Lombok

Media kampanye IDEP: plank grafis untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat dan para turis pendaki tentang Elang Flores.

Elang Flores (Nisaetus floris), burung pemangsa, adalah endemik bagi beberapa pulau di Nusa Tenggara – termasuk beberapa populasi kecilnya berhabitat di hutan dataran rendah dalam area Taman Nasional Gunung Rinjani, area yang kondisi lingkungannya sudah mulai menurun karena pembalakan dan pengalihan lahan produktif oleh masyarakat di zona penyangga taman nasional tersebut. Diketahui sebagai spesies indikator atau spesies payung, burung pemangsa ini merupakan penjaga dan menjadi barometer bagi kondisi ekosistem hutan.

Elang Flores sangat bergantung kepada kondisi rimbunnya hutan sebagai tempat untuk bersarang dan mencari makanan – yang seharusnya hutan Gunung Rinjani dilimpahi spesies-spesies kecil seperti ular, kadal, dan tupai. Sayangnya, di wilayah Gunung Rinjani, hanya tersisa sekitar 20 pasang Elang Flores yang nampak, dan menurut studi lapangan yang dilakukan belakangan – banyak yang diburu untuk perdagangan illegal ataupun dibunuh oleh masyarakat karena dianggap memangsa ayam peliharaan mereka.

Ketertarikan masyarakat global terhadap burung-burung lokal Indonesia terlihat meningkat dalam skala pariwisata burung – sehingga Yayasan IDEP merancang sebuah program intervensi yang berbasis konservasi inklusif untuk masyarakat Lombok Utara, untuk mengembalikan kondisi lingkungan yang mulai menurun serta melindungi spesies burung langka, Elang Flores – yang saat ini secara lokal sudah mulai dianggap sebagai ‘kekayaan hayati’ masyarakat.

A community treasure, the “panda bear” of avitourism on Lombok

Menara pengamatan burung di area masuk Taman Nasional Gunung Rinjani.

Meski masih dalam tahap pelaksanaan, IDEP Media sudah menciptakan film dokumenter pada awal tahun 2016, guna sebagai sarana informasi dan pendidikan kepada masyarakat lokal tentang upaya konservasi terhadap nilai penting Elang Flores yang hampir punah terhadap lingkungan, pentingnya spesies ini untuk dilindungi, serta pengenalan tentang pendapatan yang berkelanjutan dalam bidang pariwisata burung – ini alternatif bagi masyarakat yang memiliki pendapatan menengah ke bawah ataupun yang pengangguran.

Lihat Youtube:

Program IDEP ‘Critically-endangered to Community Treasure’ sampai saat ini sudah memperkenalkan banyak tentang pendidikan konservasi, penghijauan, dan pelatihan usaha kecil menengah – dalam program ini juga IDEP sudah berhasil membangun satu menara pemantauan burung (yang terletak di dalam area taman nasional) – tempat di mana kita dapat memantau pergerakan Elang Flores dan burung lainya dari atas lereng, dilengkapi dengan papan informasi mengenai spesies dan betapa pentingnya melestarikan spesies ini.

A community treasure, the “panda bear” of avitourism on Lombok

Kegiatan penanaman pohon oleh kelompok pramuka Lombok Utara.

Dukungan dana untuk dapat terus melanjutkan program ini dalam jangka panjang masih sangat diperlukan untuk melaksanakan program pendidikan konservasi terhadap sekolah, melatih masyarakat lokal untuk menjadi pemandu pemantauan burung dan juga keahlian wirausaha – upaya wirausaha terhadap spesies burung yang memiliki dampak yang kecil terhadap lingkungan dan menjadi bagian dari kegiatan konservasi – dengan menitik beratkan/mengkhususkan pada keikutsertaan masyarakat sasak, sebagai masyarakat adat dan pemiliki peraturan adat, pemilik tanah dan tentu saja sebagai garda terdepan dalam melindungi hutan yang menjadi milik mereka (termasuk pohon-pohon, burung-burung, serta sumber air) maka dari itu ke empat desa dampingan IDEP: Senaru, Bayan, Loloan, dan Sambik Elen sangat membutuhkan dukungan dalam jangka panjang untuk keberlanjutan dari upaya melestarikan habitat mereka sendiri.

Kekayaan kepulauan Indonesia adalah harta keanekaragaman hayati yang dipenuhi dengan spesies dan habitat penting bagi bumi ini, namun dengan cepatnya perkembangan ekonomi dan urbanisasi mengancam banyak sekali ekosistem alami dengan tekanan yang melebihi batas.

Kesuksesan dari upaya konservasi yang baru dari IDEP ini akan sama dengan terciptanya kekayaan keanekaragaman hayati dan habitat yang semakin sehat untuk melestarikan margasatwa, air, iklim, hutan – dan tentu saja, manusia itu.

CEPF: ŒDana Kemitraan Ekosistem Kritis merupakan sebuah inisiatif bersama yang dibentuk oleh l'Agence Française de Développement, Conservation International, Uni Eropa, the Global Environment Facility, Pemerintahan Jepang, the MacArthur Foundation dan Bank Dunia. Tujuan dasarnya adalah untuk dapat memastikan masyarakat sipil dapat ikut serta dalam upaya pelestarian dan konservasi keanekaragaman hayati. Lihat: www.cepf.net.

 
 
 

Berlangganan Buletin IDEP

Berikan bantuan yang akan merubah hidup. 100% mendanai proyek amal.

 

 

IDEP Foundation | Helping People to Help Themselves

IDEP Foundation | Yayasan IDEP Selaras Alam
Membantu Masyarakat Mandiri
Br. Medahan, Desa Kemenuh, Sukawati
Gianyar - Bali
Telp. +62 361 9082983

 

 
 
 

 

IDEP di Instagram