Penduduk Bali cenderung menyukai pertemuan bersama dengan masyarakat, teman, dan tetangga, terutama pertunjukan yang mengocok perut seperti pertunjukan ‘bondres’ dan ‘Cenk Blonk’. Tetapi, bagaimana membuat momentum ini [pertunjukan] sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran bagi penduduk agar dapat meningkatkan kapasitas sehingga mereka dapat tangguh dan bersiapsiaga terhadap bencana?
Desa Tangkas, Kabupaten Klungkung, terletak di tepi sungai (di samping Sungai Unda yang terkenal). Dengan tingginya risiko banjir dan tanah longsor, masyarakat mengadakan simulasi bencana dan peningkatan kapasitas bagi Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana (KPMB). Kelompok ini terbentuk dalam program “Peningkatan Ketangguhan Masyarakat melalui Kegiatan Pengurangan Risiko Bencana di Bali,” yang dilakukan oleh Yayasan IDEP dan didukung sepenuhnya oleh Give2Asia. Selama dua tahun, Yayasan IDEP – yang telah berpengalaman dalam peningkatan kapasitas masyrakat sejak tahun 1999, terutama dalam gerakan lingkungan, stabilitas pangan, dan bencana – bekerja berdampingan bersama masyarakat Klungkung yang berada di Desa Jumpai dan Desa Tangkas, untuk lebih bersiapsiaga terhadap pengurangan risiko bencana.
Proses awal untuk kesiapsiagaan dan pengelolaan bencana sangat dibutuhkan oleh masyarakat Tangkas (penduduk Desa Jumpai sudah melakukan simulasi Tsunami dalam program yang sama pada bulan Desember 2015). Sehingga, dalam program ini, anggota-anggota kelompok masyarakat yang sudah dipilih dari seluruh desa terlibat sepenuhnya dalam pembentukan KPMB. Dari sesi pelatihan mengenai bencana; tanggap darurat; P3K; pengelolaan evakuasi; pemetaan lanskap untuk rute evakuasi; dan yang terakhir, pembentukan dan pengelolaan Kelompok Pengelolaan Bencana Masyarakat – suatu organisasi komunitas yang bertugas di garis depan untuk kondisi tanggap darurat, anggota-anggotanya berasal dari kelompok lokal yang sudah ada (seperti kelompok perempuan, persatuan pemuda, kelompok petani, pecalang, dll.).
Seluruh rangkaian acara ini ditutup oleh simulasi besar (simulasi bencana) yang melibatkan semua elemen masyarakat Desa Tangkas dan mengundang para pejabat desa. Acara dimulai dengan briefing dan pidato koordinasi, kemudian diikuti oleh petunjuk praktis mengenai simulasi evakuasi untuk tanah longsor dan bencana. Untuk menciptakan masyarakat yang ‘tangkas’ dari desa Tangkas, aktivitas ini melibatkan seluruh elemen dari komunitas-komunitas yang ada di desa.
Sebagian besar kegiatan turut melibatkan siswa SD dan beberapa sukarelawan dewasa. Para siswa mempraktikkan tanggap darurat dan evakuasi. Siswa kelas 5 dan 6 ini ada yang berperan sebagai korban dan mereka juga belajar bagaimana melakukan evakuasi ketika bencana terjadi di desa mereka. Bagi mereka yang menjadi korban, terlihat bagaimana mereka menikmati peran sebagai korban yang diselamatkan dan dievakuasi – tanda bahwa mereka dapat menjadi aktor yang baik di kemudian hari. KPMB memilih Bale Banjar (aula bersama masyarkaat desa) sebagai titik perkumpulan dan markas evakuasi, nantinya para kawanan berbaju oranye ini sangat sibuk dengan tugas mereka masing-masing, sesuai dengan arahan yang diumumkan melalui walkie-talkie. Akhirnya, KPMB Tangkas mampu membuktikan ‘ketangkasan’ mereka dalam merespon terhadap situasi darurat bencana dan bekerja sebagai satu kesatuan.
Pada akhir sesi simulasi, acara dilanjutkan dengan pertunjukan drama komedi tradisional – bondres ‘Celekontong Mas’, campuran antara drama, tarian, dan lawak, dengan mengundang seluruh lapisan masyarakat (dari semua usia) untuk duduk dan tertawa bersama sembari menikmati pertunjukan, yang diselipi kampanye mengenai tanggap darurat (terbukti lebih mudah dicerna). Pertunjukan ini sendiri merupakan salah satu kampanye yang paling efektif, dengan dimasukkannya unsur kebijakan lokal dan bahasa lokal yang masyarakat kaitkan dengan diri mereka sendiri (ditambah lagi dengan lelucon yang membuat mereka tertawa terbahak-bahak), yang merupakan salah satu cara untuk menyampaikan pesan yang mudah dipahami oleh masyarakat.
Namun, acara belum selesai. Pada malam harinya, IDEP mengundang seluruh masyarakat Klungkung untuk berkumpul dan menonton pertunjukan Wayang Cenk Blonk di monumen kota. Pada malam itu, ribuan ornag berkumpul, termasuk pejabat kabupaten Klungkung, menyaksikan pertunjukan yang dimainkan oleh kelompok wayang terkenal. Menggunakan ikon tradisional yang sudah terkenal merupakan strategi yang sangat tepat dalam menyampaikan pesan yang sangat positif mengenai bencana, karena bencana merupakan topik berat untuk dibicarakan. Pada akhirnya, setelah masyarakat Klungkung puas tertawa terbahak-bahak, mereka pun pulang ke rumah dengan pemahaman penuh atas tanggap darurat dan bencana potensial di desa mereka. Terima kasih team!
Berikan bantuan yang akan merubah hidup. 100% mendanai proyek amal.
|