Julien Goalabré, salah seorang perwakilan komunikasi dan penggalangan dana untuk Program Bali Water Protection (BWP), tidak pulang dengan tangan kosong ketika beberapa waktu lalu diundang ke Korea Selatan untuk berpartisipasi dalam World Water Challenge 2017.
Sumur Resapan yang dikembangkan BWP dianugerah trofi penghargaan Outstanding dan hadiah uang tunai untuk keaslian, kesederhanaan, dan efisiensinya untuk mengisi kembali dengan cepat air tanah yang semakin terkuras.
Word Water Challenge adalah sebuah kompetisi tahunan berorientasi solusi untuk masalah air yang sedang marak di seluruh dunia. Kompetisi ini diadakan dalam rangkaian Korean International Water Week (KIWW) di Gyeongju, Korea Selatan, yang menampilkan 10 presentasi solusi atas 10 masalah air yang terjadi di India, Vietnam, Mesir, Bhutan, Nepal, dan lain-lain. Negara-negara ini merupakan contoh yang mengilustrasikan pernyataan James Famiglietti, seorang ahli hidrologi NASA Earth Observatory, dalam sebuah artikel pada tahun 2014: "Di banyak belahan dunia, khususnya di dataran rendah yang kering, air yang digunakan lebih banyak dibandingkan dengan yang tersedia dan dapat diperbaharui setiap tahun. Endapan air hujan, pencairan salju, dan aliran sungai tidak lagi cukup untuk memasok sejumlah besar permintaan untuk kebutuhan air masyarakat."
Tim BWP menghadapi kompetisi ini dengan menawarkan gagasan sumur resapan sebagai solusi guna mengatasi masalah yang dihadapi kota Ho Chi Min. Kendati masalah tersebut adalah yang paling sesuai, namun solusi yang sama juga ternyata mampu menyelesaikan dua masalah lainnya. Dalam hal ini, solusi tersebut bisa direplikasi ketika kondisinya cocok. Menjadi semakin jelas, Bali dan kota Ho Chi Minh menghadapi masalah yang sama terkait semakin terkurasnya air permukaan dan intrusi air laut. Namun beruntungnya, kedua lokasi tersebut diberkati dengan curah hujan yang bisa dipanen berkat sumur isi ulang.
Kesamaan-kesamaan ini menjadikan solusi yang ditawarkan BWP sebagai kontestan terbaik untuk mengatasi masalah-masalah lokal terkait defisit air dan intrusi air laut.
Keterlibatan dalam tiga hari konferensi ini merupakan jalan yang ditempuh IDEP agar dapat terhubung dengan para penyedia solusi dan sumber masalah terkait persoalan air sekaligus membawa solusi terpadu BWP—Kesadaran untuk Pendidikan dan Rehabilitasi—ke panggung internasional sebagai sebuah langkah penting agar krisis air di Bali lebih diketahui luas dalam rangka menarik lebih banyak dukungan yang diperlukan.
Yang paling penting, menjadi bagian dari acara tersebut merupakan kesempatan yang luar biasa untuk berbagi dengan audiens dari seluruh dunia mengenai masalah yang dihadapi Bali dan bagaimana solusi yang dihasilkan dari situ dapat direplikasi di belahan dunia lain. Selain itu, sangat terasa menyentuh hati ketika melihat betapa bergairahnya orang dari asal-usul yang berbeda untuk mengatasi tantangan terkait perlindungan air.
Catatan: tidak ada dana BWP yang digunakan, semua biaya ditanggung penyelenggara acara.
Berikan bantuan yang akan merubah hidup. 100% mendanai proyek amal.
|