Untuk menanamkan nilai-nilai siap siaga bencana dan kesadaran untuk melestarikan lingkungan, IDEP dalam kerjasama dengan Pramuka Kwarda Bali menyelenggarakan Perkemahan Sabtu-Minggu (Persami) pada 9-10 Maret 2019 lalu. Persami yang bertempat di Pondok Jaka, Sangeh, Bali, ini mengusung tema Pelestarian Lingkungan dan Kesiapsiagaan Bencana dalam seluruh rangkaian acaranya.
Persami, yang baru pertama kali digelar IDEP ini, diikuti 200 pelajar yang mewakili 19 Sekolah Dasar di 9 Kabupaten dan kota di Provinsi Bali. Mereka merupakan anggota Pramuka Siaga dan Penggalang di sekolah masing-masing. Selama Persami berlangsung, para pelajar dari setiap sekolah tersebut didampingi paling kurang dua orang guru. Bukan cuma para pelajar, para guru pendamping tersebut juga terlibat dalam seluruh kegiatan selama dua hari itu.
Para pelajar, guru pendamping dan panitia penyelenggara mengepalkan tangan sambil menyerukan “Salam Tangguh” sesaat setelah Upacara Pembukaan usai (Foto: Anom Pascima)
Persami merupakan bagian dari program TUNAS (Teman Untuk Semesta) yang dijalankan IDEP sejak awal tahun 2019. Sebelum Persami digelar, pada Februari lalu IDEP telah terlebih dahulu menghelat lokakarya untuk guru dengan tema yang sama. Lokakarya tersebut dimaksudkan sebagai salah satu persiapan menyongsong Persami ini.
Hari Pertama: Menjadi Seperti Api Unggun
Sebelum pembukaan, para pelajar diminta mengisi lembaran pre-test agar penyelenggara dapat mengukur pengetahuan dan juga tingkat kesadarannya terkait kesiapsiagaan bencana dan pelestarian lingkungan hidup. Setelah rampung, Persami kemudian secara resmi dibuka Pembina Pramuka Peduli Kwarda Bali, I Gde Made Jaya Serataberata. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap pelestarian lingkungan dan kesiapsiagaan bencana merupakan tanggung jawab bersama. Gerakan Pramuka dengan Pramuka Peduli-nya dan IDEP melalui program TUNAS-nya bisa saling melengkapi demi mewujudkan generasi yang tangguh dan peduli terhadap pelestarian lingkungan di Bali.
“Pelestarian lingkungan dan kesiapsiagaan bencana adalah tanggung jawab bersama,” tegas I Gde Made Jaya Serataberata yang mengenakan topi merah (Photo: Edward Angimoy)
Selepas makan siang, acara kemudian dilanjutkan dengan lokakarya pembuatan Peta Siaga dan Kebun Sekolah yang diikuti seluruh pelajar dan guru pendamping. Sayu Komang, Koordinator Program IDEP yang memfasilitasi lokakarya tersebut, menyampaikan komponen-komponen yang harus tercantum dalam Peta Siaga Sekolah. Berbagai komponen tersebut harus sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan di sekitar sekolah. Contohnya, sekolah yang dekat dengan pantai harus siap siaga terhadap ancaman tsunami, sedangkan sekolah yang berada di pegunungan harus siap siaga menghadapi ancaman longsor. Sementara itu, pada sesi tentang Kebun Sekolah, Sayu menekankan pentingnya menanam tanaman pangan dan selanjutnya melakukan perawatan.
Sayu Komang sedang memfasilitasi lokakarya tentang Peta Siaga dan Kebun Sekolah (Photo: Edward Angimoy)
Tim IDEP, lanjut Sayu, akan melakukan pendampingan ke sekolah untuk memaksimalkan perkembangan Peta Siaga dan Kebun Sekolah selama satu tahun ke depan. Dengan begitu, para pelajar bersama guru dan unsur sekolah lainnya diharapkan dapat menikmati manfaat dari Program TUNAS ini secara maksimal. Sekaligus, lewat cara itu, upaya masing-masing sekolah untuk mewujudkan model sekolah yang tangguh dan lestari dapat semakin mendekati kenyataan.
Di bagian akhir lokakarya, para pelajar dan guru pendamping diajak untuk langsung mempraktikan pembuatan Peta Siaga dan maket Kebun Sekolah. Hasil praktik masing-masing sekolah itu kemudian diperlombakan. Para pelajar dan guru dari tiap-tiap sekolah dibagi ke dalam dua kelompok. Satu kelompok membuat Peta Siaga sesuai kondisi sekolah dan ancaman yang mungkin ada, sedangkan kelompok lainnya ditugaskan membuat maket Kebun Sekolah secara kreatif dari bahan-bahan seadanya yang bisa ditemukan di sekitar lokasi perkemahan.
Sejumlah pelajar menampilkan maket Kebun Sekolah yang telah mereka rampungkan (Foto: Anom Pascima)
Kala malam tiba, acara dilanjutkan dengan upacara api unggun. Upacara ini dipimpin Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali, Made Rentin. Dalam pidatonya, sesaat setelah api unggun resmi dinyalakan, ia menguraikan refleksinya tentang makna api unggun yang dihubungkan dengan tanggung jawab para pelajar terhadap kesiapsiagaan bencana dan pelestarian lingkungan. “Oleh karena itu adik-adik, maknai kegiatan api unggun pada malam hari ini dengan tiga hal yang disebutkan tadi; jadilah api yang bermakna positif, yang menerangi kegelapan dan yang mengobarkan semangat orang-orang lain agar selalu siap siaga bencana dan bersedia melestarikan lingkungan,” ujarnya.
Tiga dari lima pelajar tampak memegang obor sebelum api unggun secara resmi dinyalakan. Lima obor tersebut mewakili tiap sila dalam Pancasila (Foto: Edward Angimoy)
Usai api unggun, acara kemudian disambung dengan lomba yel-yel antar-sekolah. Sepanjang lomba, tiap sekolah menampilkan pertunjukan yel-yel yang menghibur sekaligus mengandung pesan pelestarian lingkungan dan kesiapsiagaan bencana. Beberapa sekolah tampak telah mempersiapkan penampilannya sejak jauh hari sebelumnya. Itu terlihat dari ragam gerakan yang kompak, sambil sesekali bergerak akrobatik, dan penggunaan beberapa properti sederhana seperti drum (dari ember) dan kipas. Suasana malam Persami pada hari pertama itu pun menjadi meriah dan semarak sebelum kemudian ditutup agar para pelajar dapat beristirahat di tenda masing-masing.
Hari Kedua: Praktik Langsung Pelestarian Lingkungan dan Siap Siaga Bencana
Kegiatan hari kedua diawali dengan Senam Pagi bersama sebagai pembuka untuk kembali membakar semangat. Sejak jam setengah enam, para pelajar dan juga guru pendampingnya tampak heboh mengikuti gerakan-gerakan yang diperagakan selama setengah jam itu.
Selepas mandi dan sarapan, para pelajar dan guru pendamping, yang terbagi dalam kelompok berdasarkan sekolah, melakukan penjelajahan (trekking) di seputaran desa yang mengapit lokasi perkemahan. Yel-yel khas dari masing-masing sekolah terdengar hampir di setiap rute yang dilalui. Tak sekadar menjelajah, tiap kelompok diberikan dua tugas, yaitu mencatat nama-nama tanaman dan memungut sampah yang mereka temukan di sepanjang penjelajahan.
Yel-yel penuh semangat dari para pelajar dan guru pendampingnya terus bergema di sepanjang rute penjelajahan (Foto: Anom Pascima)
Khusus untuk sampah, semua yang mereka kumpulkan selanjutnya digunakan dalam lomba kreativitas pengolahan sampah. Selain sampah yang ditemukan di jalan, seluruh kelompok juga diminta untuk melakukan “operasi semut”, yaitu mengumpulkan sampah di sekitar area perkemahan. Setelah semuanya terkumpul, sampah-sampah tersebut kemudian ditimbang untuk mengetahui seberapa banyak jumlah sampah tak terurus yang memberi beban dan dampak pada keberlanjutan lingkungan. Selanjutnya, seluruh kelompok diajak untuk secara kreatif mengolah sampah-sampah tersebut berdasarkan jenisnya.
Menjelang siang, para pelajar dan guru pendampingnya dipandu untuk mengikuti simulasi kesiapsiagaan bencana. Ancaman bencananya adalah gempa bumi. Sebelum simulasi dimulai, mereka terlebih dahulu diajak untuk kembali mengenali gempa bumi, cara menyelamatkan diri, jalur evakuasi dan titik kumpul aman. Agar lebih efektif, beberapa petunjuk terkait itu disampaikan lewat nyanyian yang mudah dihafal dan dipraktikan. Selanjutnya, pada saat simulasi, mereka dikondisikan seolah-olah sedang mengalami gempa bumi dan diminta mempraktikkan petunjuk-petunjuk yang sudah dipelajari tadi. Dengan cara itu, mereka diharapkan dapat terbantu untuk seminimal mungkin mengurangi risiko bencana di lingkungan sekolah dan keluarga masing-masing.
Sambil menuju Titik Kumpul Aman, para pelajar tampak melindungi kepala pada saat simulasi gempa bumi sedang berlangsung (Foto: Richard Jones)
Sebelum ditutup, acara diteruskan dengan pengumuman pemenang berbagai lomba yang telah digelar selama dua hari terakhir. Para pemenang lomba Peta Siaga Sekolah adalah SDN 1 Ulakan (Juara 1), SDN 1 Baler Bale Agung (Juara 2) dan SDN 1 Manggis (Juara 3). Selanjutnya, pemenang lomba Maket Kebun Sekolah adalah SDN 1 Peguyangan (Juara 1), SDN 1 Semarapura Kangin (Juara 2) dan SDN 1 Ulakan (Juara 3). Sedangkan, lomba Yel-yel dimenangkan SDN 3 Sukawati A (Juara 1), SDN 3 Sukawati B (Juara 2) dan SDN 1 Bunutin (Juara 3).
Yang terakhir adalah pengumuman Juara Umum. Untuk ini, juara ditentukan berdasarkan jumlah nilai terbanyak yang berhasil dikumpulkan sekolah dari setiap lomba yang telah digelar. Dan yang berhasil menjadi Juara Umum Pertama adalah SDN 1 Ulakan. SDN 1 Semarapura Kangin dan SDN 1 Manggis menyusul sebagai Juara Umum Kedua dan Ketiga. Seluruh pemenang mendapatkan piala dan tanda mata dari IDEP selaku penyelenggara kegiatan.
The winners are holding their trophies (Photo: Richard Jones)
Lepas dari itu, para pelajar kemudian diminta untuk mengisi lembaran post-test agar penyelenggara dapat membandingkannya dengan hasil pre-test yang telah diisi sebelum kegiatan. Dengan cara itu, tingkat pengetahuan dan kesadaran para partisipan kegiatan ini dapat diukur. Dengan cara itu pula, capaian dan dampak kegiatan ini dapat dievaluasi.
Rangkaian kegiatan Persami kemudian diakhiri melalui upacara penutupan yang dipimpin Sekretaris Kwarda Bali, I Made Dana. Dalam sambutannya, ia berpesan agar para partisipan dapat menyebarluaskan pengetahuan dan kesadaran yang telah didapat selama Persami kepada teman-teman sebaya, baik di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal masing-masing. Ia juga menyambut baik kegiatan seperti Persami ini dan mendorong agar kegiatan serupa dapat digelar kembali dengan melibatkan lebih banyak sekolah. Ia bahkan menawarkan Bumi Perkemahan Margarana, yang dapat menampung hingga 1,500 orang, tanpa pungutan biaya jika kegiatan serupa kembali digelar di kemudian hari.
Tindak Lanjut
Mengutip Direktur Eksekutif IDEP, Muchamad Awal, program TUNAS yang didukung Boeing ini masih akan terus berlangsung hingga satu tahun ke depan. Masih ada kegiatan lain yang sedang menunggu di depan setelah lokakarya bersama guru dan Persami selesai dihelat. “Setelah ini, IDEP akan terus mendorong dan memfasilitasi pengimplementasian Peta Siaga dan Kebun Sekolah yang telah dibuat masing-masing sekolah partisipan Persami ini,” pungkasnya.
Antusiasme para pelajar selama Persami diharapkan dapat dibagikan kepada sesamanya, baik di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggalnya masing-masing (Foto: Richard Jones)
Di sela-sela acara, Ketua Panitia Penyelenggara Persami, I Dewa Gede Wipa Wirautama, mengapresiasi antusiasme semua pihak yang telah terlibat dalam seluruh rangkaian kegiatan ini. “Terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya untuk semua pihak yang telah terlibat menyukseskan kegiatan ini sejak awal hingga akhir. Mulai dari pihak sekolah, para pelajar, para guru pendamping, tim Pramuka Peduli Kwarda Bali, BPBD Bali dan semua pihak yang telah membantu dengan caranya masing-masing. Terima kasih. Semoga ini memberi manfaat,” tandasnya. (Fit/Ed)
*) Foto-foto dari kegiatan ini dapat dilihat di sini
Berikan bantuan yang akan merubah hidup. 100% mendanai proyek amal.
|