Agar masyarakat memiliki kesiapsiagaan bencana, IDEP bersama mitra lokal YPAL Poso menghelat pelatihan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) di desa Amal dan Saloya pada 10 Juli 2019 lalu. Kedua desa ini terletak di Kabupaten Donggala. Ketika gempa bumi 7,4 M menghantam Palu, Sigi, dan Donggala pada September tahun lalu, kedua desa yang terletak di pelosok ini juga terdampak cukup parah. Akses jalan yang rusak dan sinyal telekomunikasi yang tidak terjangkau sempat membuat warganya terisolasi selama dua minggu.
Tugas kelompok membuat peta area rawan bencana dan rencana evakuasi (Foto: Fadhil Abdullah)
Pelatihan ini diikuti sejumlah pemangku kepentingan desa seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh perempuan, tokoh adat, bidan desa, karang taruna, militer, dan pemerintah desa. Dengan pelatihan ini, mereka diharapkan dapat memahami pentingnya pengetahuan tentang kebencanaan dan selanjutnya dapat mempersiapkan diri lebih dini.
Para partisipan dari dua desa (Foto: Fadhil Abdullah)
Lewat diskusi, mereka diajak untuk belajar dari pengalaman bencana yang baru saja dilalui. Terutama ketika mereka sempat terisolasi dan kesulitan memperoleh bantuan. Salah satu solusi alternatif yang ditawarkan kepada mereka adalah pembentukan Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana (KMPB). Lewat KMPB, masyarakat memiliki wadah untuk secara bersama-sama menyusun peta ancaman bencana, mengidentifikasi potensi desa, menentukan rencana evakuasi dan segala kebutuhannya, serta merumuskan langkah-langkah lain yang mesti dilakukan untuk mengurangi risiko bencana di sekitar mereka.
Fasilitator Ade Andreawan sedang berbagi tentang pentingnya pembentukan KMPB di tingkat desa (Foto: Fadhil Abdullah)
Ade Andreawan, fasilitator dari IDEP, juga membagikan sejumlah pengalaman penanggulangan bencana di wilayah-wilayah lain di Indonesia sebagai perbandingan. Sejumlah film terkait penangulangan bencana juga diputarkan untuk menambah wawasan. Terutama film tentang bagaimana KMPB yang sebelumnya didampingi IDEP bekerja sebelum, saat, dan setelah bencana. Untuk menambah referensi, mereka juga dibekali dengan modul Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat dan Standard Kemanusiaan Inti (Core Humanitarian Standard).
Partisipan dibagi ke dalam kelompok-kelompok untuk membuat sketsa peta desa (Foto: Fadhil Abdullah)
Di sesi praktik, mereka diajak untuk secara berkelompok membuat peta sketsa desa, mengidentifikasi ancaman dan risiko bencana di desa, serta menentukan wilayah mana yang dianggap aman untuk evakuasi. Peta ini kemudian didiskusikan secara bersama-sama. Fasilitator juga memperkenalkan sejumlah cara dan tindakan darurat yang dapat digunakan dengan cara menggunakan sumber daya lokal yang tersedia di sekitar mereka. Misalnya, membuat tandu dari bambu, pintu, selimut, sarung, kursi atau barang-barang lain sejauh yang bisa ditemukan di sekitar. Contoh lain, menggunakan bambu dan koran bekas untuk pertolongan pertama pada korban patah tulang.
Terima kasih kepada Caritas Austria dan Give2Asia yang telah memungkinkan upaya ini berlangsung. (Ed)
Berikan bantuan yang akan merubah hidup. 100% mendanai proyek amal.
|