Berawal dari keprihatinan terhadap alih fungsi lahan di Hutan Bali Barat, Basebali bersama Yayasan IDEP Selaras Alam merancang Hutan Belajar sebagai upaya konservasi dan edukasi terhadap masyarakat. Selama lebih dari sembilan tahun, kedua organisasi lokal ini memperjuangkan upaya pelestarian hutan Bali Barat. Dimulai dari program Hutan Sekolah yang mendapat tanggapan baik dari masyarakat hingga lebih luas menjadi Hutan Belajar.
Anak perempuan menanam salah satu tanaman endemik Bambu Hitan di area Hutan Belajar (Foto: Gusti Diah)
Hadirnya Hutan Belajar tidak hanya sebagai media pembelajaran bagi masyarakat lokal, melainkan juga mencerminkan konsep yang selaras antara lingkungan, sosial, ekonomi, dan budaya. Terlebih terkait konservasi hutan yang sebenarnya sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, baik bagi lokal maupun global.
Dalam prosesnya, Hutan Belajar perlahan mulai mendapat dukungan dari berbagai elemen masyarakat seperti kelompok Desa Tangguh Bencana (Destana), Kelompok Tani Hutan, dan Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Univarsitas Udayana. Tidak hanya itu, dukungan juga datang dari Unit Pelaksana Teknis Daerah Kesatuan Pengelolaan Hutan (UPTD KPH) Bali Barat sebab hutan juga menjadi habitat bagi tanaman maupun binatang endemik Jembrana.
Upaya Bersama Untuk Melestarikan Hutan
Keinginan untuk melestarikan hutan Jembrana datang dari berbagai elemen masyarakat. Termasuk kelompok Mahasiswa Pencinta Alam Wanaprastha Dharma (Mapala WD) Universitas Udayana yang tergerak hatinya setelah membaca berita tentang permasalahan di Hutan Bali Barat. “Kita langsung menghubungi penulisnya, kemudian kesini [Jembrana] untuk melihat kondisi hutannya langsung,” ungkap Syifa.
Mapala WD Unud meresmikan Hutan Belajar (Foto: Wira Utama
Kelompok mahasiswa ini juga melakukan penelitian terkait analisis vegetasi di Hutan Bali Barat yang telah dimulai dari 6 Maret 2021. Syifa sebagai koordinator divisi konservasi mengakui sangat mendukung program Hutan Belajar karena dapat menyatukan berbagai pihak, dari KTH, masyarakat, maupun KPH itu sendiri.
Dukungan juga datang dari KTH yang memutuskan untuk bergabung dalam program Hutan Belajar. “Kami berharap nantinya, Hutan Belajar bisa menjadi ujung tombak penghasilan desa dan pelestarian lingkungan,” tutur Wayan Kastawa sembari membagikan bibit kepada petani lainnya.
Penanaman bibit terang Kaswata sudah dilakukan dari dua tahun lalu dan mendapat tanggapan baik dari masyarakat. Penerimaan ini membuktikan bahwa masyarakat Desa Yehembang Kauh juga menyadari pentingnya melestarikan hutan.
Hutan Belajar pun menjadi harapan baru bagi masyarakat sekitar. Dukungan ini kemudian ditandai dengan peresmian Hutan Belajar pada Sabtu, 20 Maret 2021 yang juga bertepatan dengan perayaan Tumpek Wariga—hari suci sebagai pemuliaan terhadap tanaman.
Penyelarasan di Peresmian Hutan Belajar
Peresmian Hutan Belajar menjadi momen yang sangat penting sebab tidak hanya sekadar seremonial, melainkan juga penyelarasan antara Sekala (terlihat) dan Niskala (tidak terlihat). “Kalo niskala kita melakukan ritual keagamaan dan sekala kita akan melakukan penanaman pohon,” ungkap Putu Bawa, perwakilan dari Basebali.
Kerharmonisan antara tradisi dan upaya konservasi di peresmian Hutan Belajar (Foto: Wira Utama)
Penanaman pohon yang dilakukan berdekatan dengan Hari Hutan Sedunia ini didominasi oleh tanaman endemik Jembrana dan tanaman untuk konservasi air. Hutan Belajar dengan luas 4 hektar akan ditanami Kwanitan, Pala Bali, Durian, Bambu Kuning, Akar Wangi, Ancak, Intaran, Kelapa Daksina, Bambu Tali dan Pentung Hitam, Cempaka, dan Majegau. Kemudian, ritual keagamaan dilakukan dengan upacara Ngatagin Pohon yang dipandu oleh pemangku dan bendesa adat dari Yehembang Kauh, Kedisan, Yeh Buah, dan Munduk Anggrek. Kedua kegiatan tersebut dilakukan dalam waktu yang bersamaan dengan selalu mengikuti protokol kesehatan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.
Pelaksanaan protokol kesehatan selama acara berlangsung (Foto: Gusti Diah)
Putu Bawa juga berharap bahwa kegiatan ini akan menghasilkan komitmen bersama bagi pemerintah, Desa, Basebali, Yayasan IDEP, Kelompok Tani Hutan, dan masyarakat sekitar untuk sama-sama menjaga hutan. Agar terciptanya keseimbangan antara ekologi dan ekonomi melalui upaya konservasi yang diperjuangkan Hutan Belajar.
Pelestarian Tanaman Endemik Bali
Upaya konservasi melalui Hutan Belajar salah satunya mengenai pelestarian tanaman dan binatang endemik Jembrana. Untuk itu dalam kegiatan reboisasi, program ini mengutamakan pengembangbiakan dari tanaman endemik Jembrana. “Jadi tempat pembibitan yang kita buat juga dikhususkan untuk tanaman endemik,” jelas Sayu Komang dari Yayasan IDEP Selaras Alam.
Adapun tanaman-tanaman endemik yang masuk dalam program pembibitan Hutan Belajar, diantaranya seperti Kwanitan, Majegau, hingga Bambu Hitam. Tanaman ini pun nantinya menjadi tanaman pakan bagi spesies endemik lainnya, seperti Siung ataupun Celepuk Bali. Keterikatan antar spesies endemik ini memperlihatkan bahwa Hutan Belajar juga menjadi upaya untuk menjaga kekayaan biodiversitas dari Hutan Bali Barat. Mengingat pentingnya menjaga biodiversitas hutan untuk mencegah bencana ekologi seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, hingga krisis iklim. (Gd)
Berikan bantuan yang akan merubah hidup. 100% mendanai proyek amal.
|