Penguatan masyarakat setelah bencana sangatlah penting, baik dari segi psikologis, sosial, ekonomi, maupun ekologi. Begitu juga dengan antisipasi terhadap bencana itu sendiri. Maka pada Maret 2021, Yayasan IDEP Selaras Alam bersama Palang Merah Indonesia (PMI) berusaha untuk mengembangkan kapasitas Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana (KMPB) di Sulawesi Tengah. Upaya kesiapsiagaan ini dilakukan melalui pemberian pelatihan teknis Pertolongan Pertama dan Evakuasi Korban.
Simulasi pertolongan pertama di Jono Oge, pada 6 Maret 2021 (Foto: @pemain_belakangsekali)
Sebuah antisipasi yang sangat baik sebab masyarakat mendapat pemahaman dasar untuk lebih siaga menghadapi bencana mendatang. Terlebih pelatihan ini menggunakan pendekatan berbasis masyarakat, sehingga dapat diterapkan dengan baik. Beberapa materi yang diberikan untuk meningkatkan pemahaman terkait teknis pertolongan pertama dan evakuasi korban antara lain: pengertian pertolongan pertama serta cara mengatasi perdarahan, syok, dan cedera otot.
Untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas terkait upaya kesiapsiagaan, pelatihan ini pun mengajak peserta melakukan praktek langsung. Praktek tersebut berupa simulasi dalam melakukan pertolongan pertama dan evakuasi untuk korban bencana maupun kecelakaan berkendara.
Pelaksanaan Pelatihan di Setiap Desa
Pelatihan dengan praktek langsung tentu memerlukan ruang yang tepat. Selain itu, demi mengantisipasi penyebaran Covid-19. Selain mengikuti seluruh protokol kesehatan, pelatihan ini pun diadakan di tempat yang terbuka. Beberapa desa yang terlibat dalam kegiatan ini, diantaranya Desa Amal, Kumbasa, Sumari, Jono Oge, Saloya, dan Taripa telah menyediakan balai ataupun taman desa untuk melancarkan pelatihan.
Sesi diskusi dalam pelatihan teknis pertolongan pertama dan evakuasi korban di Jono Oge (Photo: @pemain_belakangsekali)
Beberapa desa yang terletak di Kabupaten Donggala tersebut telah memiliki KMPB. Dimulai dari Desa Jono Oge yang diikuti oleh 17 peserta yang didominasi perempuan. Pelatihan yang diadakan di Tanam Jati Langaleso ini memulai dengan pemaparan terkait jenis-jenis cedera dan bentuk-bentuk pertolongan pertamanya.
Simulasi pertolongan pertama di Kumbasa, pada 12 Maret 2021 (Photo: @pemain_belakangsekali)
Selanjutnya pelatihan yang diadakan di Desa Kumbasa dengan 25 peserta. Sesi awal dalam pelatihan ini yaitu pemaparan tentang proses penyelamatan yang dapat dilakukan ketika terjadi bencana atau kecelakaan.
Simulasi pertolongan pertama di Sumari, pada 13 Maret 2021 (Foto: @pemain_belakangsekali)
Pelatihan teknis Pertolongan Pertama dan Evakuasi Korban ternyata menarik minat masyarakat, tak terkecuali ibu-ibu di desa setempat. Seperti halnya di Desa Sumari, yang sebagian besar dari total 24 peserta yang hadir juga didominasi perempuan.
Serupa dengan pelatihan di desa lainnya, kegiatan ini diawali dengan pemaparan materi terkait teknis pertolongan pertama dan evakuasi. Kemudian diikuti dengan praktek langsung.
Simulasi evakuasi korban di Taripa, pada 13 Maret 2021 (Foto: @pemain_belakangsekali)
Kemudian di waktu yang bersamaan, tepatnya pada 13 Maret 2021, pelatihan diadakan di Balai Desa Taripa. Pelatihan Pertolongan Pertama dan Evakuasi Korban ini dihadiri oleh 24 peserta.
Simulasi evakuasi korban di Amal, pada 14 Maret 2021 (Foto: @pemain_belakangsekali)
Sesi praktek dan pemaparan materi yang berlangsung kurang lebih 7 jam ini juga dilaksanakan di Desa Amal. Sebanyak 22 orang perwakilan KMPB terlibat dalam pelatihan dengan maksud untuk mengetahui tahapan-tahapan awal dalam mengatasi bencana maupun kecelakaan.
Pelatihan teknis pertolongan pertana dan evakuasi korban di Saloya, pada 14 Maret 2021 (Foto: @pemain_belakangsekali)
Kemudian pelatihan serupa juga diadakan di Desa Saloya pada waktu yang bersamaan dengan pelatihan di Desa Amal, tepatnya 14 Maret 2021. Peserta yang terlibat dalam pelatihan terdiri dari 26 orang. Seperti pada pelatihan lainnya, kegiatan ini dimulai dengan sesi pemparanan kemudian simulasi terkait teknis pertolongan pertama dan evakuasi korban.
Towards Community Resilience
Meskipun dihadiri peserta dengan jumlah yang tidak tergolong sedikit, kegiatan ini berjalan dengan lancar. Antusias dan keseriusan peserta terlihat dari bentuk-bentuk partisipasi mereka pada setiap sesi. Bentuk partisipasi ini menunjukan bahwa peserta menyadari pentingnya pelatihan ini untuk melindungi diri mereka sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
Pemahaman itu perlu disebarluaskan, terlebih untuk mewujudkan ketangguhan masyarakat. Maka dari itu, keberlanjutan dari pelatihan ini akan terjadi, sebab KMPB di masing-masing desa akan melanjutkan program ini. Tujuannya yaitu membagi informasi kepada masyarakat setempat, sehingga akan memperkuat ketangguhan masyarakat itu sendiri. (Gd)
Berikan bantuan yang akan merubah hidup. 100% mendanai proyek amal.
|