Siklon Tropis Seroja telah menyebabkan hujan badai pada beberapa tempat di Indonesia dan yang terparah saat ini telah menimpa Provinsi Nusa Tenggara Timur. Fenomena ini semakin serius setelah banjir bandang, tanah longsor, dan angin kencang terjadi di Kabupaten Flores Timur, Malaka, Lembata, Ngada, Alor, Sumba Timur, Sabu Raijua, Rote Ndao, Timor Tengah Selatan, Ende, dan Kota Kupang .
Para ahli menyatakan bahwa bencana ini terjadi karena deforestasi. Aktivitas tersebut telah menurunkan kapasitas tanah dan menyebabkan tingginya intensitas hujan. Pihak-pihak luar yang tidak bertanggung jawab telah melakukan deforestasi, namun yang menerima akibatnya adalah masyarakat lokal.
Banjir bandang telah merusak beberapa pemukiman di Ile Ape, Lembata (Photo: BARAKAT)
Situasi terburuk terjadi di Pulau Lembata. Meskipun masyarakat mulai waspada, ketika hujan badai terjadi pada pukul 11.00 WIT, 3 April 2021 dan meningkatnya status gunung Ile Lewotolok menjadi level III siaga. Pada pukul 01.00 WIT, badai hujan semakin kencang, maka masyarakat memutuskan untuk berlindung di pengungsian. Namun pengungsian tersebut hanya diperuntukan untuk terlindung dari erupsi gunung Ile Lewotolok. Diluar perkiraan, banjir bandang muncul dari arah gunung dan lereng gunung disertai lahar dingin gunung Ile Lewotolok.
Berdasarkan laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada 7 April 2021, banjir bandang dan lahar dingin di Pulau Lembata telah menyebabkan 16 korban meninggal dunia dan 98 orang luka-luka.
Bangunan yang hancur setelah banjir bandang dan lahar dingin dari gunung Ile Lewotolok (Photo: BARAKAT)
Pada waktu yang bersamaan, hujan badai terjadi di pulau Adonara yang mengakibatkan banjir bandang dan tanah longsor. Menurut data BNPB pada 7 April 2021, ditemukan 59 korban meninggal dunia dan setidaknya ada 23 korban luka-luka. Saat ini, tim penyelamat dalam pencarian korban-korban yang masih tertimbun akibat longsor dan banjir bandang.
Daerah di Adonara yang tertutup longsor (Photo: BARAKAT)
Bencana tersebut telah meluluhlantakkan pemukiman warga dan menelan korban jiwa di 5 kabupaten dan termasuk kota, antara lain: Kabupaten Ende, Lembata, Flores Timur, Alor, Malaka, dan Kota Kupang.
Korban |
||
No. |
Jumlah |
Status |
1. |
86 orang |
Meninggal Dunia |
2. |
149 orang |
Luka-Luka |
3. |
98 orang |
Hilang |
4. |
2.683 orang |
Terdampak |
Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 7 April 2021
Selain korban jiwa, bencana ini juga mengakibatkan kerugian materil melebihi Rp. 24.409.100.000. Ratusan rumah terkena dampaknya. Kemudian terjadi kerusakan pada beberapa sektor infrastruktur, diantaranya jembatan, ruas jalan antar Koli-Mangaaleng dan antar Waiwadan-Fanibao. Kerugian infrastruktur juga menghambat proses evakuasi dan tindakan tanggap darurat.
Kerugian Materil |
|||
No. |
Wilayah |
Unit |
Keterangan |
1. |
Lembata District (Lembata Island) |
224 |
Rumah Rusak Berat |
75 |
Rumah Rusak Sedang |
||
16 |
Rumah Rusak Ringan |
||
15 |
Jembatan |
||
2. |
Flores Timur Districts (Adonara Island) |
82 |
Rumah Rusak Berat |
34 |
Rumah Rusak Sedang |
||
97 |
Rumah Rusak Ringan |
||
8 |
Fasilitas Umum Rusak Berat |
Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 7 April 2021
Celah yang Harus Diisi
Banjir bandang, tanah longsor, dan lahar dingin telah menyebabkan terputusnya jembatan dan rusaknya beberapa jalan, sehingga akses menuju desa-desa terdampak tertutup. Terdapat 13 desa yang terisolasi, antara lain Tanjung Batu, Amakaka, Lamawara, Tanjung Batu, Bunga Muda, Napasabok, Lamagute, Waimatan, Aulesa, Lamaau, Bao Lali Duli, Lamatokan, dan Lamawolo. Enam diantaranya adalah wilayah yang terdampak paling parah.
Terputusnya Jembatan Benenain telah menutup sebagian besar akses di Nusa Tenggara Timur (Photo: Frans Nahak II)
Bangunan-bangunan yang roboh dan akses yang tertutup menyebabkan warga tidak dapat memperoleh kebutuhan pokoknya. Di tengah kesedihan dan situasi mencekam, warga mesti berjuang untuk bertahan dengan segala yang serba kekurangan. Tidak bisa dipungkiri munculnya ketakutan warga terhadap banjir susulan ataupun erupsi gunung Ile Lewotolok yang dapat hadir kapanpun. Namun harapan tentu masih ada, sehingga warga masih tetap bertahan, saling bantu, dan bergotong-royong melindungi satu sama lain.
Sampai saat ini warga masih berjuang ditemani dengan lembaga-lembaga lokal. IDEP bersama mitra BARAKAT (Lembaga Pengembangan Masyarakat Lembata) dan YPPS (Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Sosial) saat ini telah bergerak dengan sigap melakukan langkah-langkah evakuasi di Adonara dan Lembata. (Gd)
Berikan bantuan yang akan merubah hidup. 100% mendanai proyek amal.
|