Untuk meningkatkan kesadaran terhadap kelestarian dan perlindungan hutan, IDEP mengundang pemuda dan pemudi di Desa Yehembang Kauh untuk sama-sama belajar tentang keanekaragaman hayati lokal dan ekosistem di Hutan Bali Barat pada 17-19 Mei 2021. Sebagai masyarakat yang tinggal di sekitar hutan, memahami pentingnya peran hutan sangatlah penting. Proses edukasi tersebut berlangsung di Hutan Belajar yang telah diresmikan pertengahan Maret silam.
Pelajar menjelajahi dan belajar bersama Mapala di Hutan Belajar (Foto: Wahyu Permana)
Kegiatan yang diberi nama Eduforest Study Camping ini menjadi langkah awal memahami hutan untuk keberlanjutannya. “Tujuan dari kegiatan Educamp ini sebagai pengenalan hutan belajar kepada anak sekolah dan muda-mudi di Desa Yehembang Kauh,” kata Putu Bawa sebagai penyelenggara dari Yayasan IDEP Selaras Alam.
Para tunas muda Desa Yehembang Kauh akan belajar memahami hutan melalui tracking, games, dan diskusi. Mengingat pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, siswa yang hadir ini akan dibagi pada setiap sesi. Wahyu bersama panitia Educamp 2021 lainnya memutuskan untuk membagi kegiatan selama tiga hari.
Peserta yang terlibat mengikuti satu sesi, maka masing-masing peserta setiap sesinya akan berbeda. Kegiatan berlangsung dari 17-19 Mei ini mengundang peserta dari SDN 1, 2, 3, 4, dan 5 Yehembang Kauh, seluruh siswa SMP, dan Seka Truna Truni (STT) yang berada di desa Yehembang yang bermakna “berlimpah air” ini.
Protokol Covid-19 diimplementasikan dalam kegiatan Educamp (Foto: Gusti Diah)
Khusus hari pertama, kegiatan dibagi menjadi tiga sesi yaitu diskusi para stakeholders Desa Yehembang Kauh terkait upaya keberlanjutan Hutan Belajar, games ular tangga yang membahas tentang konservasi hutan dan permakultur, serta penjelajahan Hutan Belajar. Hari berikutnya dengan peserta yang berbeda, mereka akan diajak untuk menjelajahi hutan, anak-anak sekolah akan bermain games, dan muda-mudi setempat akan diajak berdiskusi tentang keberlanjutan hutan di lingkungan mereka.
Menjelajahi Hutan Belajar
Kegiatan dibuka oleh Kepala Desa Yehembang Kauh dan para peserta mulai didampingi Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Unud untuk menyusuri Hutan Belajar. Kelompok mahasiswa yang bernama Wanaprastha Dharma ini sebelumnya telah melakukan analisis vegetasi di Hutan Belajar, sehingga telah mengetahui flora dan fauna yang ada di dalamnya.
Sebagai fasilitator, Mapala Unud menjelaskan tentang nama tanaman dan fungsinya di hutan. Beberapa peserta pun mulai mencatat dan bertanya tentang peran tanaman-tanaman yang mereka temui. “Dengan tracking ini, peserta diajak mengetahui flora dan fauna endemik di Hutan Bali Barat dan apa yang terjadi bila hutan ini rusak,” ungkap Wahyu panitia Eduforest Study Camping.
Tidak hanya flora yang ditemui peserta, dengan bantuan teropong, mereka juga bisa melihat burung endemik Bali Barat. Saat itu pun, Mapala Unud menjelaskan tentang tumbuhan kwanitan yang menjadi rumah bagi burung-burung endemik Jembrana.
Peserta mengamati burung endemik Jembrana dengan bantuan teropong (Foto: Wahyu Permana)
Selain sebagai pencegah tanah longsor maupun banjir bandang, peserta jadi mengetahui peran tanaman-tanaman di Hutan Bali Barat sebagai rumah bagi berbagai jenis fauna endemik. Pengetahuan baru ini mengantarkan peserta ke proses pembibitan tanaman endemik Jembrana.
Sebelumnya Yayasan IDEP Selaras Alam, Base Bali, Destana, dan KTH Desa Yehembang Kauh telah membangun rumah pembibitan bagi tanaman endemik Jembrana. Rumah pembibitan ini pun menjadi media pembelajaran bagi siswa untuk mengetahui upaya konservasi dan pengembangbiakan tanaman seperti Kwanitan, Kemiri, Pala Bali, hingga Klerek.
Bermain dan Belajar di Hutan
Setelah belajar dan menjelajah hutan, peserta diajak mengingat kembali apa yang telah mereka peroleh di Hutan Belajar melalui games ular tangga. Permainan ini membahas tentang pentingnya konservasi hutan, permakultur, dan bencana yang terjadi jika hutan dirusak.
Setiap langkah di permainan ini akan menjelaskan tentang fungsi dan aktivitas di hutan. Dimulai dari tangga yang bisa didapat ketika upaya konservasi seperti reboisasi dilakukan. Ataupun tindakan penembangan hutan secara serampangan yang berdampak pada degradasi hutan. Permasalahan ini dicerminkan dari menurunnya langkah peserta melalui ular.
Permainan ular tangga ini terdiri dari tiga jenis dengan materi yang berbeda-beda. Setelah satu jenis terpecahkan, peserta langsung mengambil jenis lainnya. Mereka mulai tertantang untuk melanjutkan ke kotak selanjutnya dan dibawa pada pengetahuan-pengetahuan baru tentang alam. Setiap dadu yang berputar mengantar mereka pada informasi dan upaya yang bisa dilakukan untuk menjaga alam dan hutan.
Bicara Tentang Hutan dan Masa Depannya
Disamping bermain sambil belajar, Educamp kali ini juga mengajak para pemangku kepentingan dan muda-mudi di Desa Yehembang Kauh untuk bersama-sama mendiskusikan tentang keberlanjutan Hutan Belajar. Para muda-mudi juga diajak untuk menjelajahi kawasan hutan belajar. Meskipun mereka telah mengetahui keberadaan hutan di lingkungannya, namun masih banyak jenis flora dan fauna yang belum diketahui. “Senang bisa mengenal hutan, dulu yang ada di hutan belum semua tahu, sekarang bisa tanya-tanya di Hutan Belajar,” tutur Cista, pemudi dari STT Bhuana Sentana.
Masukan terkait rencana program di Hutan Belajar oleh Guru SDN 5 Yehembang Kauh (Foto: Gusti Diah)
Kehadiran Hutan Belajar yang baru diresmikan pada 21 Maret 2021 ini telah memberikan pemahaman baru baik bagi warga sekitar maupun luar desa. Metode pelestarian yang ditawarkan Hutan Belajar telah menyatukan berbagai elemen masyarakat untuk menjaga hutan Bali Barat. “Kehadiran hutan belajar ini telah memberikan penyadaran baru bagi masyarakat tentang pengelolaan kawasan yang baik, tanpa mengurangi manfaat secara pribadi,” ujar perwakilan dari UPTD KPH Bali Barat.
Para stakeholder yang mendukung keberlanjutan Hutan Belajar (Foto: Gusti Diah)
Besarnya peran Hutan Belajar juga menjadi upaya IDEP dalam mewujudkan Desa Yehembang Kauh yang tangguh. Dimulai dari pembentukan Destana pada tahun 2020, hingga penyusunan peta bencana yang telah disebarkan pada masing-masing dusun dan titik-titik kumpul warga.
Untuk itu, Hutan Belajar selanjutnya akan dikelola oleh Destana yang juga akan melibatkan kelompok lainnya seperti STT dan KTH. “Nantinya Hutan Belajar ini akan dikelola Destana sebagai upaya mitigasi bencana, karena ketika hutan terjaga, sumber-sumber air juga akan terjaga,” ungkap Putu Bawa yang telah mengupayakan konservasi ini bersama Base Bali dan IDEP.(Gd)
Berikan bantuan yang akan merubah hidup. 100% mendanai proyek amal.
|