Penanganan COVID-19 di Bali perlu keterlibatan berbagai pihak dari pemangku kepentingan hingga komunitas. Terlebih kondisi perekonomian Bali yang menurun akibat jatuhnya pariwisata. Penguatan komunitas sangatlah penting dalam merespon pandemi ini, termasuk kelompok ekspat yang telah tinggal di Bali belasan tahun.
Mereka yang dianggap menjadi ‘target’ pariwisata di Bali saat ini justru belum diketahui pandangannya. Maka dari itu, pada 7 Agustus 2021, IDEP menyelenggarakan webinar untuk memberikan ruang bagi komunitas ekspat dalam menanggapi penanganan COVID-19 di Bali.
Diskusi yang disiarkan langsung di facebook dan youtube
Webinar ini menjadi wadah berdiskusi antara masyarakat lokal, ekspat, dan pemerintah mengenai penanggulangan pandemi. Secara daring, diskusi hadir di tiga platform yaitu Zoom, Facebook, dan Youtube. Ketiga platform akan membuka peluang bagi peserta untuk berpendapat dan bertanya kepada ketiga pembicara yaitu Kadek Anna seorang penari Bali yang berasal dari Rusia, Charlie Knoles sosok pengembang pertanian, dan Arie Rukmantara sebagai perwakilan dari Pemerintah yang saat ini tergabung dalam Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN).
Kadek Anna sebagai pembicara
Diskusi berjalan alot, sebab ruang ini menjadi langka ketika pertanyaan dan pendapat bisa diterima secara langsung oleh perwakilan KPC-PEN. Banyak aspek yang diperbincangkan dalam diskusi ini, seperti masyarakat yang dulunya bekerja di sektor pariwisata. Sebagai seorang seniman, Kadek Anna menyayangkan rendahnya bantuan untuk para seniman. Padahal sebelum pandemi, mereka telah berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan negara di sektor pariwisata. “Saat ini harusnya kita mendukung para seniman yang berkecimpung di sektor budaya, selain itu budaya sangat penting untuk kehidupan berkelanjutan,” ungkap Kadek Anna.
Perempuan yang telah tinggal di Bali lebih dari 10 tahun ini berpendapat bahwa budaya dan pertanian alami adalah hal yang fundamental dalam menciptakan kehidupan yang berkelanjutan. Dua aspek tersebut nantinya akan berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat, terlebih di tengah pandemi. “Dalam menanggapi COVID-19, tidak hanya tentang vaksin, namun juga nutrisi yang diperoleh dari makanan yang sehat dan pertanian organik,” tegas Kadek Anna.
Charlie Knoles sebagai pembicara
Pada awal-awal Indonesia, khususnya Bali terdeteksi COVID-19, Charlie Knoles bersama teman-temannya telah menyalurkan bantuan berupa makanan sehat kepada masyarakat yang membutuhkan. Namun untuk aktivitas lainnya, Charlie merasa sangat terbatas akibat sistem birokrasi yang berbelit-belit. Meskipun ia ingin membantu lebih banyak terkait penyediaan bantuan alat-alat medis di rumah sakit, pemulihan ekonomi, serta penyebaran informasi vaksin. “Hambatan birokrasi adalah tantangan bagi ekspat untuk terlibat dan melanjutkan bantuan,” terang Charlie.
Arie Rukmantara sebagai penanggap
Ari Rukmantara sebagai perwakilan pemerintah pun mengakui kendala birokrasi yang sering dihadapi masyarakat. Ia pun mengharapkan keterlibatan banyak pihak dalam merespon pandemi ini. Terutama terkait dengan kampanye protokol kesehatan, informasi tentang vaksin dan masyarakat yang membutuhkan bantuan. Kolaborasi pun diharapkan oleh Anna dan Charlie atas dasar kecintaan mereka pada Bali. “Jika ada yang bisa saya lakukan untuk pulau tercinta ini agar kita bisa sehat dan bahagia kembali, saya akan membantu,” ungkap Charlie sebelum menutupi sesi diskusi daring. (Gd)
Berikan bantuan yang akan merubah hidup. 100% mendanai proyek amal.
|