Upaya pemulihan dan rehabilitasi kepada masyarakat terdampak gempa bumi dan likuifaksi di Sulawesi Tengah sangatlah penting. Untuk itu Yayasan IDEP Selaras Alam mengadakan beberapa program, seperti upaya penguatan pangan masyarakat yang mandiri dan penguatan Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana (KMPB) di masing-masing desa.
RAPI menunjukan sistem kerja HT di Saloya, pada 26 Februari 2021 (Foto: @pemain_belakangsekali)
Pada bulan Februari hingga Maret 2021, IDEP bersama Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) mengadakan pelatihan Radio Komunikasi. Pelatihan ini merupakan bagian dari program IDEP yang telah berlangsung selama dua tahun di Sulawesi Tengah. Selama upaya pemulihan dan rehabilitasi, kesiapsiagaan masyarakat juga perlu ditingkatkan, sehingga mampu memberikan rasa percaya diri serta mampu melindungi diri dan orang di sekitarnya.
Antusis Setiap Desa saat Pelatihan Radio Komunikasi
Radio Komunikasi menjadi media yang penting ketika menghadapi situasi-situasi darurat, termasuk bencana. Maka dari itu, IDEP bersama RAPI mengadakan pelatihan ini dengan memberikan pemahaman terkait sejarah dan penggunaan radio komunikasi, hukum dan etika dalam penggunaannya, hingga jenis komunikasi yang digunakan terkait kode, sandi, dan call sign. Kegiatan ini dilakukan di 6 desa, antara lain: Desa Amal, Saloyo, Jono Oge, Kumbasa, Taripa, dan Sumari.
Pemberian materi tentang HT dan cara mengoperasikannya, di Saloya, pada 26 Februari 2021 (Foto: @pemain_belakangsekali)
Pelatihan Radio Komunikasi pertama kali diadakan pada Jumat, 26 Februari 2021 di Desa Amal dan Desa Saloya. Kegiatan ini berfokus pada teknik penggunaan Radio Komunikasi HT (Handy Talky). Melalui pelatihan penggunaan HT, diharapkan mampu mengembangkan kapasitas KMBP dalam upaya kesiapsiagaan bencana. Pelatihan yang diadakan di Balai Pertemuan Desa Saloya, Donggala ini diikuti oleh beberapa perwakilan KMPB, diantaranya 5 orang dari desa Amal, dan 15 orang dari desa Saloya.
Pelatihan radio komunikasi (HT) di Taripa, pada Sabtu, 27 Februari 2021 (Foto: @pemain_belakangsekali)
Kemudian pada Sabtu, 27 Februari 2021 pelatihan Radio Komunikasi dilakukan di dua desa yaitu Desa Taripa dan Desa Sumari. Dalam pelatihan ini, peserta diajak untuk membuat berita mengenai kebencanaan melalui HT. Kegiatan yang diikuti oleh 16 peserta ini diawali dengan pemberian materi terkait hukum dan etika penggunaan radio komunikasi, seperti istilah-istilah kode, simbol, dan sandi.
Pelatihan radio komunikasi di Kumbasa pada 28 Februari 2021 (Foto: @pemain_belakangsekali)
Hari ketiga, tepatnya Minggu, 28 Februari 2021, pelatihan Radio Komunikasi diadakan di Desa Kumbasa. Sama seperti di desa-desa sebelumnya, pelatihan yang diikuti oleh 15 peserta ini membahas tentang cara menggunakan HT terlebih dalam situasi kebencanaan.
Keaktifan peserta dalam pelatihan radio komunikasi di Jono Oge, pada 5 Maret 2021 (Foto: @pemain_belakangsekali)
Bulan berikutnya, pelatihan Radio Komunikasi diadakan di Desa Jono Oge pada Jumat, 5 Maret 2021. Pelatihan ini diawali dengan pemaparan tentang jenis-jenis komunikasi dan cara penggunaan Radio Komunikasi HT dan Radio Rig. 17 peserta yang terlibat diajak memahami istilah-istilah dalam Radio Komunikasi, seperti penggunaan kode, sandi, dan Call Sign.
Berbagi Informasi Melalui Radio Komunikasi
Pelatihan Radio Komunikasi mendapat banyak perhatian dari peserta. Selain menjadi media komunikasi yang ‘baru’ bagi sebagian orang, HT ataupun Radio Rig juga memudahkan masyarakat dalam memberikan informasi terlebih tentang kebencanaan.
Objek pelatihan radio komunikasi di Desa Jono Oge, pada 5 Maret 2021 (Foto: @pemain_belakangsekali)
Antusias dari peserta pun sangat baik, sebab KMPB yang telah terbentuk memahami betul pentingnya menggunakan Radio Komunikasi seperti HT dan Radio Rig dalam situasi darurat. Selain itu, melalui pelatihan ini, komunikasi KMPB antar desa pun dapat terjalin secara berkelanjutan. Berbagi informasi terkait kebencanaan dapat dimudahkan dengan penggunaan Radio Komunikasi.
Berikan bantuan yang akan merubah hidup. 100% mendanai proyek amal.
|