info@idepfoundation.org

(+62) 361 9082983

Wayan Jarmin: Hidup dari Pertanian Berkelanjutan

Peningkatan secara ekonomi dirasakan Wayan Jarmin ketika beralih ke pertanian agroekologi. “Saya sih dulunya kurang yakin sebenarnya. Tapi Setelah dibantu dengan sistem pemasarannya, baru yakin saya, semangat,” ungkap Wayan Jarmin, petani asal Bedugul yang menerapkan agroekologi.

 

 

Screen Shot 2022 01 01 at 13.59.16

Wayan Jarmin ketika menjelaskan tentang konsep agroekologi (Foto: Utama Wira)

 

  

Selama kurang lebih delapan tahun Wayan Jarmin telah menerapkan bentuk pertanian yang ramah lingkungan. Proses ini ia mulai dari ruang lingkup yang kecil. Berawal dari setengah are, kemudian dua are. Setelah perubahan yang ia rasakan semakin membaik, maka Jarmin memberanikan diri untuk menerapkan agroekologi di seluruh lahan yang ia miliki, yakni seluas 35 are.

 

 

Perjalanan Beralih ke Pertanian Ramah Lingkungan

 

Wayan Jarmin telah merasakan jatuh bangun untuk berhasil dalam upayanya ini. Ia mengalami perubahan-perubahan yang signifikan dan mengarah pada peningkatan kualitas hidupnya. “Agroekologi itu sistemnya memanfaatkan alam lingkungan sekitar kita untuk menjadi input dalam sistem pertanian, seperti membuat pupuk atau pengendali penyakit alami. Tujuan awalnya adalah mengurangi biaya,” kata Jarmin.

 

 

Petani yang pernah menjadi ketua kelompok tani ini juga mengetahui pentingnya keberadaan benih lokal, sebab ketahanan yang dimiliki benih penyerbukan terbuka ini menjadi nilai lebih dibandingkan benih hibrida ataupun rekayasa genetik (GMO). “Kalo lokal itu lebih kuat, bisa beradaptasi dengan lingkungan, kuat terhadap serangan hama, cuaca buruk, dan juga irit pupuk karena bisa memperoleh penyuburan dengan baik dari tanah, tanpa perlu hormon dan sebagainya dari pabrik,” jelas Jarmin yang juga telah menghasilkan benih lokal organik.

 

 

IMG 5613

Pembibitan di Kebun Wayan Jarmin (Foto: Gusti Diah)

 

 

Jarmin mulai berbagi ke petani lainnya ketika ia bisa menghasilkan benih serta dapat memproduksi kompos dan pengendali penyakit alami secara mandiri. Bukti langsung ini telah merubah secara perlahan pandangan petani akan konsep agroekologi yang awalnya mereka anggap sia-sia. Tidak jarang, di awal percobaan Jarmin menuju pertanian yang ramah lingkungan ini, ia sempat menerima berbagai cemoohan. Namun Jarmin yakin usahanya harus terus berlanjut karena ia sudah melihat bahwa sayuran organik dapat dijual di pasaran.

 

 

Perubahan menuju pertanian yang ramah lingkungan diawali dengan pembenahan tanah. “Untuk peralihan dari kimia ke organik perlu waktu tiga tahun steril tanpa kimia,” tambah jarmin yang memulai konsep ini dari tahun 2013. Setelah 2016, Jarmin mulai menerima order secara intensif dari Club Med Bali. Selama proses ini, petani didampingi oleh Agrisud. Kemudian pemasaran mulai meningkat ketika IDEP mulai menjalin hubungan yang intens dengan Jarmin dan empat petani lainnya pada 2017. IDEP berusaha mengajak petani lainnya sembari memberikan pendampingan terkait pertanian yang ramah lingkungan.

 

 

IMG 5615

Sistem Penampung Hujan yang dirancang IDEP (Foto: Gusti Diah)

 

 

Tahun pertama kerjasama IDEP dengan petani agroekologi diisi dengan penjelajahan model-model pemasaran. Dimulai dari membuat katalog, kartu nama petani untuk bisa dihubungkan langsung kepada konsumen, dan mengajak para petani berjualan langsung di Ubud Organic Market. “Saya sangat berterima kasih sebenarnya, karena kesempatan ini bisa berkenalan dengan konsumen secara langsung, jadi punya banyak kenalan dan pelanggan,” kata Jarmin sambil tersenyum.

 

IMG 5621

Katalog sayur dan buah-buahan milik kelompok tani Bukit Mesari (Foto: Gusti Diah)

 

 

Penambahan Anggota dan Keberlanjutan Agroekologi

 

Secara tidak langsung, Jarmin dapat mengajak petani lainnya untuk sama-sama menerapkan pertanian agroekologi. Di Setiap kesempatan selalu ada yang menanyakan tentang kondisi lahannya, sebab dulu yang dinilai mustahil ternyata dapat menghasilkan lebih baik. Sebagian besar telah menyadari bahwa sistem konvensional dengan monokultur yang sedikit memiliki variasi tanaman juga tidak memberikan keleluasaan petani untuk mencoba tanaman lainnya. Bahkan dari hitungan biaya pengelolaan dan penjualan pun tidak memperoleh hasil yang memuaskan jika menerapkan pertanian monokultur, sebab perlu pengeluaran biaya untuk obat-obatan kimia. “Kalo konvensional itu 50:50, jadi biaya pengelolaan 50 dan penghasilan 50, sama saja kembali ke nol,” ungkap Jarmin.

 

 

IMG 5624

Wayan Jarmin membuat kompos (Foto: Gusti Diah)

 

 

Ketika menerapkan agroekologi, Jarmin tidak hanya ‘tidak menggunakan kimia’ tapi juga merubah sistem pertaniannya yang sebenarnya pernah diterapkan sebelum pertanian kimia itu masuk. Terutama terkait sistem rotasi, menurut Jarmin, sistem ini sangat penting sebab dapat memutus siklus hama penyakit, hingga mencapai 80-90%. Ia pun menambahkan bahwa apapun yang disebut hama adalah mereka yang telah ada dan bagian dari bumi, “sing ngidaang ngadaang uling bumi [tidak bisa menghilangkan yang memang dari bumi],” jelas Jarmin.

 

 

Ulat yang kerap dinilai sebagai faktor dari kegagalan panen pada dasarnya diperlukan juga. Ketika menjadi kupu-kupu ia membantu proses penyerbukan dan petani dapat memperoleh benih yang baik. “Makanya kita tidak bisa memvonis ini yang bagus, ini yang harus hilang, karena perlu seimbang,” tambah Jarmin yang juga membiarkan tanaman seperti gulma di kebunnya untuk menjadi mulsa hidup.

 

 

Kisah-kisah Jarmin secara perlahan membuat anggota petani agroekologi semakin meningkat, hingga saat ini sudah ada sembilan anggota dalam kelompok tani Bukit Mesari. Bahkan ketika pandemi melanda, petani yakin dapat melanjutkan upaya mereka menerapkan konsep yang selaras dengan alam tersebut. Sampai saat ini, kelompok tani Bukit Mesari telah menghasilkan berbagai jenis sayuran, seperti kailan, daun bawang, seledri, mizuna, adas, arugula, ketumbar, dan masih banyak lagi.

 

 

IMG 5608

Sayuran yang tersedia di kebun Wayan Jarmin (Foto: Gusti Diah) 

 

 

Selain memperluas jaringan petani, Jarmin pun berharap agar para konsumen juga mengerti pentingnya mengetahui asal muasal makanan yang kita makan. “Semoga kedepannya sistem penanaman ini [agroekologi] bisa diperluas dan konsumen mulai menyadari pentingnya kesehatan yang diperoleh dari apa yang mereka makan,” pesan Jarmin. (Gd)

 
 
 

Berlangganan Buletin IDEP

Berikan bantuan yang akan merubah hidup. 100% mendanai proyek amal.

 

 

IDEP Foundation | Helping People to Help Themselves

IDEP Foundation | Yayasan IDEP Selaras Alam
Membantu Masyarakat Mandiri
Br. Medahan, Desa Kemenuh, Sukawati
Gianyar - Bali
Telp. +62 361 9082983

 

 
 
 

 

IDEP di Instagram